Harga minyak global kembali tergelincir pekan ini, bahkan menuju koreksi mingguan paling tajam dalam 3,5 bulan terakhir. Pergerakan ini mencerminkan kombinasi tekanan fundamental, mulai dari rencana kenaikan produksi OPEC+, meningkatnya stok minyak mentah AS, hingga prospek permintaan energi yang melemah di beberapa kawasan utama.
OPEC+ dan Ancaman Oversupply
Pertama, pasar masih dibayangi oleh rencana OPEC+ untuk menambah pasokan dalam beberapa bulan ke depan. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran oversupply di tengah tanda-tanda pelemahan permintaan. Transisi dari kebijakan pemangkasan produksi menuju penambahan kuota membuat harga semakin tertekan.
Data Stok Minyak AS Tambah Tekanan
Kedua, laporan mingguan dari EIA menunjukkan stok minyak mentah AS naik lebih besar dari perkiraan. Lonjakan stok ini memperkuat pandangan bahwa pasar energi sedang menghadapi surplus jangka pendek. Sebagai konsekuensi, harga minyak kehilangan momentum bullish yang sempat terbentuk di awal bulan.
Permintaan Global Melambat
Selain itu, tanda-tanda pelemahan permintaan minyak di Eropa dan Asia menambah beban. Perlambatan aktivitas industri di Tiongkok serta tingginya biaya energi di Eropa membuat outlook konsumsi minyak semakin rapuh. Hal ini memperkuat tren bearish yang sudah terbentuk.
Prospek Ke Depan
Jika tren ini berlanjut, minyak berpotensi menutup pekan dengan kerugian terbesar sejak pertengahan tahun. Namun, volatilitas tetap tinggi. Setiap perkembangan geopolitik atau perubahan sikap OPEC+ bisa kembali mengubah arah harga. Trader harus mencermati rilis data ekonomi besar seperti Non-Farm Payroll AS serta pertemuan penting OPEC+ dalam waktu dekat.