Tarif AS-China Tekan Harga Minyak ke Level Terendah Lima Bulan

Daftar isi Artikel

Harga Minyak Kembali Tertekan Akibat Ancaman Tarif Baru

Harga minyak kembali tergelincir tajam pada perdagangan awal pekan ini. Tekanan muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor baru terhadap produk-produk asal Tiongkok, yang menyalakan kembali kekhawatiran lama tentang perang dagang global.

Pasar merespons ancaman ini dengan cepat. Dalam beberapa jam, harga WTI turun di bawah $61 per barel, sementara Brent sempat menyentuh level terendah dalam lima bulan terakhir. Pergerakan ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar minyak terhadap sinyal politik dari Washington dan Beijing.

Kekhawatiran Permintaan Global Meningkat

Ancaman tarif tersebut tidak berdiri sendiri. Investor dan pelaku pasar segera mengaitkannya dengan prospek perlambatan ekonomi global yang lebih dalam.

Tarif baru akan memperlambat perdagangan, menekan aktivitas manufaktur, dan pada akhirnya mengurangi konsumsi energi dunia. Bagi pasar minyak, skenario ini berarti penurunan permintaan jangka menengah, meskipun pasokan tetap relatif stabil.

Selain itu, data terbaru menunjukkan penurunan ekspor minyak mentah Tiongkok dan perlambatan permintaan bahan bakar industri. Transisi ini memperkuat pandangan bahwa fundamental permintaan minyak sedang melemah, bahkan sebelum kebijakan tarif benar-benar diberlakukan.

Dampak Geopolitik: Fokus Bergeser dari Timur Tengah ke Washington

Menariknya, fokus pasar minggu ini bergeser dari ketegangan geopolitik di Timur Tengah menuju dinamika kebijakan AS-China. Setelah konflik Israel–Hamas relatif mereda lewat kesepakatan gencatan senjata, pasar energi kini lebih sensitif terhadap sinyal ekonomi makro dan kebijakan perdagangan global.

Analis menilai bahwa selama tidak ada eskalasi baru di kawasan Teluk, sentimen risiko global — termasuk keputusan tarif, suku bunga, dan kebijakan fiskal — akan menjadi penentu utama arah harga minyak.

OPEC+ Tetap Waspada di Tengah Ketidakpastian

Sementara itu, OPEC+ mengambil sikap hati-hati. Alih-alih menaikkan produksi secara agresif, kelompok produsen minyak ini memilih menjaga keseimbangan pasokan untuk menghindari oversupply di tengah permintaan yang tidak pasti.

Keputusan OPEC+ ini membantu menahan kejatuhan harga agar tidak lebih dalam, tetapi belum cukup kuat untuk membalikkan tren penurunan. Jika ketegangan perdagangan berlanjut, bahkan kebijakan pengendalian produksi pun mungkin tidak akan mampu menjaga harga di atas zona $62–63 per barel dalam jangka pendek.

Reaksi Pasar: Dolar Menguat, Sentimen Energi Melemah

Selain isu tarif, penguatan dolar AS setelah pernyataan hawkish dari pejabat The Fed turut menambah tekanan bagi harga minyak. Karena minyak diperdagangkan dalam dolar, kenaikan nilai dolar membuat minyak menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga menurunkan daya beli global terhadap energi.

Akibat kombinasi faktor-faktor ini — dari ancaman tarif, melemahnya permintaan, hingga dolar yang kuat — pasar minyak menghadapi tekanan berlapis yang membuat rebound jangka pendek sulit terjadi tanpa katalis positif yang kuat.

Kesimpulan: Pasar Minyak di Persimpangan

Kebijakan tarif AS terhadap Tiongkok bukan hanya ancaman bagi perdagangan, tetapi juga sinyal bahwa ketegangan geopolitik kini bergeser ke ranah ekonomi. Dengan harga minyak yang sudah jatuh ke level terendah dalam lima bulan, pelaku pasar kini menanti apakah diplomasi akan meredakan situasi atau justru memperburuknya.

Selama ketidakpastian ini berlanjut, harga minyak kemungkinan akan tetap bergerak dalam pola volatilitas tinggi dan arah jangka pendek yang cenderung bearish.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan rekomendasi investasi. Pergerakan harga minyak dapat berubah cepat karena faktor politik, ekonomi, dan kebijakan moneter global. Trader disarankan untuk menggunakan manajemen risiko yang disiplin dan memperhatikan data fundamental serta teknikal terbaru sebelum mengambil keputusan posisi.

Bagikan artikel ini:

Komentar:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *