Perang Iran-Israel-AS: Apa Penyebabnya?

Daftar isi Artikel

Konflik besar ini tidak muncul secara tiba-tiba. Sebaliknya, ia merupakan akumulasi dari berbagai ketegangan lama yang akhirnya meledak. Untuk memahami mengapa dunia kini berada di ambang krisis Timur Tengah, mari kita telusuri akar permasalahannya.

Ambisi Nuklir Iran yang Membara

Sejak awal 2000-an, Barat terus menyoroti program nuklir Iran. Meskipun Iran bersikeras bahwa programnya bersifat damai, bukti dan aktivitas intelijen menyiratkan sebaliknya. Iran memperkaya uranium hingga 60%, mendekati tingkat senjata, dan memperkuat kapabilitas rudal jarak jauhnya.

Awalnya, kesepakatan JCPOA tahun 2015 sempat meredakan ketegangan. Namun, saat Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian tersebut pada 2018, semuanya berubah drastis. Iran pun mulai kembali mengembangkan fasilitas nuklirnya secara agresif.

Israel Tak Pernah Diam

Di sisi lain, Israel memandang senjata nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial. Oleh karena itu, selama bertahun-tahun, Israel melakukan berbagai operasi rahasia: dari pembunuhan ilmuwan nuklir, sabotase fasilitas nuklir, hingga serangan siber yang merusak jaringan industri Iran.

Bagi Israel, mencegah Iran memiliki bom nuklir bukan sekadar pilihan, tapi kewajiban. Dan ketika diplomasi gagal, tindakan militer dianggap sebagai satu-satunya jalan yang tersisa.

AS Terdesak untuk Bertindak

Amerika Serikat tidak bisa tinggal diam. Sebagai sekutu utama Israel dan pemimpin tatanan dunia, Washington merasa perlu merespons. Ketika Iran membalas serangan Israel dengan rudal balistik, AS memutuskan untuk turun langsung dalam konflik.

Lewat Operasi Midnight Hammer, AS ingin menunjukkan bahwa mereka serius dalam mencegah proliferasi nuklir. Selain itu, AS juga mengirim sinyal keras ke musuh-musuh geopolitiknya, termasuk Rusia dan China, bahwa mereka masih memegang kendali global.

Perang Dingin Regional Memanas

Tak hanya itu, konflik ini juga dipicu oleh persaingan regional antara Iran dan koalisi pro-Barat di Timur Tengah. Iran dikenal mendukung milisi-milisi seperti Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan kelompok bersenjata di Suriah dan Irak. Dengan kata lain, konflik Iran tidak hanya terjadi di medan perang langsung, tapi juga lewat proxy di berbagai front.

Kesimpulan Sementara

Secara keseluruhan, perang ini merupakan ledakan dari berbagai percikan konflik yang telah lama menyala. Mulai dari ketidakpercayaan atas program nuklir, ambisi regional, hingga kegagalan diplomasi semuanya berpadu dan berubah menjadi salah satu krisis paling berbahaya dalam satu dekade terakhir.Dan seperti biasa, yang paling menderita adalah warga sipil.

Update harga minyak terkini atau tips trading? Ikuti akun kami di X atau kunjungi PTNTC.COM atau Akademi Trading Oil untuk informasi terbaru!

Bagikan artikel ini:

Komentar:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *