Pada awal April 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan tarif baru dengan tarif dasar sebesar 10% untuk semua impor. Selain itu, ia memberlakukan tarif lebih tinggi bagi mitra dagang utama seperti China, Uni Eropa, dan Korea Selatan. Langkah ini segera menciptakan ketegangan perdagangan, terutama karena China langsung merespons dengan tarif balasan sebesar 34% terhadap barang-barang Amerika Serikat mulai 10 April 2025.
Akibatnya, perdagangan minyak terkena dampak langsung. Harga minyak mentah Brent jatuh menjadi $64,62 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat merosot menjadi $61,05 per barel. Bahkan, kedua harga tersebut terus turun menuju kerugian mingguan terbesar dalam lebih dari dua tahun.
Dampak terhadap Permintaan dan Pasar
Pengumuman tarif Trump segera menciptakan ketidakpastian ekonomi global. Negara-negara besar seperti China dan Uni Eropa mulai mengalami penurunan aktivitas ekonomi. Alhasil, permintaan minyak pun menyusut. Ole Hansen dari Saxo Bank menyatakan bahwa perang dagang global “tidak memiliki pemenang dan akan merugikan permintaan komoditas utama seperti minyak mentah.”
Selain itu, OPEC+ justru memperburuk situasi dengan menambah produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Mei 2025. Peningkatan produksi ini tentu menambah tekanan pada harga minyak yang sudah melemah.
Reaksi Pedagang dan Strategi Pasar
Pedagang minyak bereaksi dengan mengambil posisi bearish. Hal ini terlihat dari penurunan 5% ETF XOP yang melacak sektor eksplorasi dan produksi minyak dan gas Amerika Serikat sebelum pasar dibuka. Selain itu, beberapa wilayah seperti Alberta, Kanada, mulai mengalihkan ekspornya ke Asia dan Eropa sebagai langkah diversifikasi untuk mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika Serikat. Strategi ini dapat mengubah aliran perdagangan minyak global dan menambah volatilitas pasar.
Outlook Jangka Panjang
Donald Trump terus mendorong peningkatan produksi minyak dalam negeri melalui kebijakan-kebijakan seperti “drill, baby, drill.” Namun, kebijakan tarifnya justru menciptakan ketidakpastian yang besar dalam pasar energi global. Ketika harga minyak tetap fluktuatif dan permintaan terus menurun, para pedagang minyak harus menyesuaikan strategi mereka agar tetap kompetitif.
Dalam jangka panjang, kebijakan Trump ini dapat mengubah peta perdagangan minyak global. Dengan Amerika Serikat yang mungkin berusaha menjadi produsen minyak yang lebih dominan, tantangan dari perang dagang dapat menghambat upaya tersebut. Oleh karena itu, strategi diversifikasi dan mitigasi risiko menjadi sangat penting bagi para pedagang minyak.
Kesimpulan
Kebijakan tarif Donald Trump pada April 2025 telah mengubah dinamika perdagangan minyak global. Harga minyak yang merosot tajam, peningkatan volatilitas pasar, serta perubahan strategi pedagang minyak menandakan bahwa dampak dari kebijakan ini sangat besar. Di masa depan, hasil dari kebijakan ini sangat bergantung pada bagaimana negara-negara besar menanggapi perubahan perdagangan yang dipicu oleh Amerika Serikat.
Daftar Membership di : Akademi Trading Oil
Follow Tiktok ATO : akademitraderoil